Belahan Hati: Menyikapi kultur India

23 Juli 2011

0

Menyikapi kultur India

India, kita kenal mulai dari dangdut yang akhirnya menjadi musik yang sangat akrab setiap saat ditelinga... sampai-sampai musisi meng-Indonesia-kan musik india. Juga dengan artis-artisnya yang wajah ayu, gemulai tapi lincah dengan lenggak-lenggok khas India.

Tapi India juga tak seindah film yang biasa diputar, India termasuk negara miskin versi PBB, dan negara dengan konflik yang belum jelas kapan berakhir. Kehidupan di India tak semegah dan sekokoh Taj Mahal.

Begitu miris membaca berita bahwa untuk menghindari bayar mahar yang mahal, banyak orang tua di India mengoperasi kelamin anak perempuannya... Vivanews Bocah Perempuan di India dipaksa jadi laki-laki

Sesaat aku seperti tertahan nafas dengan tiba-tiba... Entah mo dibawa kemana dunia ini... Entah siapa yang tega mempelopori pemikiran ini... Benarkah ini akhir dari segala kehidupan di muka bumi?? ataukah awal kiamat moral yang diramalkan suku Maya??

Mungkin India tidak sendirian... dibelahan kepulauan di Indonesia, juga menganut paham yang sama. tapi tidak setinggi India tentunya.... Ada adat yang mewajibkan perempuan membayar mahar kepada calon suami. Bayangkan saja, kalo sang calon itu dokter, anak pejabat, udah haji... Bisa mobil rumah tergadai semua....kalo keluarga sang wanita mampu sih ga papa... tapi kalo tidak... maka cinta tinggal cerita dan airmata. Hmmmm kasian juga.....

Ada juga yang menganggap mempunyai anak perempuan itu sebagai aset... karena keluarga sang lelaki harus membayar uang pemeliharaan, termasuk uang naik haji kalo ada. Untuk calon wanita yang hanya lulusan SMA saja, bisa sampai 40 juta, belum termasuk uang pesta, beras dll. Bisa kebayang kalo dia sarjana/dokter, pernah haji/umroh, cantik, punya pekerjaan, strata sosialnya bagus... wah pundi-pundi bisa bertumpuk.
Kalo sang pujaan hati tidak mampu, maka kawin lari pilihannya... atau membiarkan anak perempuannya tidak menikah sampai bertemu orang yang mampu.

Cinta memang sangat mahal... mahal sekali... tapi bagi sebagian orang yang mengamini itu sebagai hal yang mutlak diterapkan. Adat memang adat.. tapi haruskah mencekik leher?? Jangan sampai budaya operasi kelamin seperti di India, juga terjadi di Indonesia.

Miris memang... gara-gara uang mahar, orang tua jadi tidak mengenal rasa syukur.. menjadikan anak sebagai beban, bukan lagi rejeki di hidupnya.Tanpa kita sadari, sepertinya sudah mulai mengutuki Tuhan, karena memiliki anak bukan sesuai harapan.

Budaya itu memang tidak akan berakhir, jika tidak ada kesadaran bagi masyarakat yang mengamininya. Anak laki-laki atau perempuan bukan aset untuk namanya sebuah kekayaan...
tapi sepertinya aku mendorong tembok Taj Mahal yang kokoh... Lelah sendiri...

0 komentar: