Belahan Hati: Perenungan dengan Rayhan

21 November 2008

0

Perenungan dengan Rayhan

Entah kenapa setelah menulis ttg When I am feeling blue, saya jadi teringat kemenakan Rayhan di rumah. Bocah umur 2 tahun yang sudah menunjukkan bakat pintarnya, karena bisa mengeja A-Z, dan berhitung 1 - 100. Jika dibandingkan dengan temen-temen sebaya disekitar rumah, badan Rayhan termasuk tinggi dan montok. Dengan senyumnya yang khas dan kenakalannya yang masih alami.

Rayhan mulai belajar menirukan kata-kata baik televisi, radio, dan orang-orang yang berbicara. Pernah tiba-tiba di sibuk berkata-kata "Amozi... Amozi..." Pas berita eksekusi Amrozi cs top news di semua media. Ato meledek anak-anak kost eyangtungnya... dengan Mba Ana sexy....Mba Au cantik... Mama ndut.....

Menerawang bayangan Rayhan yang sudah seminggu tidak bertemu membuatku rindu, gemas dengan tingkahnya.Entah apalagi yang dibuatnya atau kata-kata apa yang diapelajari.
Di rumah itu hanya satu yang dia takuti dan segani, Eyangtung Bos Besar julukan yang diberikannya kepada papa. Dan kamipun tertawa..

Seperti Rayhan, hidup ini hanya mengalir sesuai waktu. Ada kalanya kita bisa bermain-main dengan waktu, dan ada kalanya kita harus mengejar waktu atau bahkan pasrah menerima. Namun kita tidak bisa meniadakan atau bahkan menghentikan waktu.

Cerita hidup yang berganti setiap lembar setiap waktu, entah berwarna cerah, atau gelap atau bahkan tak berwarna. Saat ini kita menangis berdarah-darah, mungkin besok kita bisa tertawa terpingkal-pingkal, atau bahkan besok pikiran kita bisa mengambang di awang-awang. Yang jelas kita belajar dengan waktu.

Kitapun tidak bisa menghentikan waktu, dan semua ada masanya. Tidak ada kebetulan di dunia. Mungkin itu patut kurenungi kembali. Tidak ada kebetulan, ketika Rayhan nakal, atau tiba-tiba terjatuh. Pasti ada pelajaran yang bisa dipetik. Entah untuk diri sendiri atau untuk orang lain.

Saya teringat ketika Rayhan dipaksa Eyangtung Bos besar untuk belajar merayap melalui bawah meja makan atau antara pagar dan lantai teras. Dia tidak kebetulan, tapi waktunya dikenalkan dengan usaha jangan berputus asa dan Eyangtung yang ditakutinya yang mengajarinya. Sekali gagal dengan kepala terantuk besi pagar, tapi dia tidak menyerah. Kedua gagal, ketika pantatnya terlalu tinggi diangkat sehingga menyangkut di besi. Dan masih ada usaha ketiga, dia berhasil, dengan usahanya dan hanya arahan bukan bantuan. Menangis, tapi dia tetep berusaha.

Kadang saya malu, ketika menangis karena sudah merasa mentok tak ada jalan keluar, padahal hanya karena kurang berusaha. Atau hanya karena terlarut kata hati yang tiba-tiba mendayu-dayu tanpa berusaha keras untuk menepisnya.

Dengan waktu Rayhan belajar mengenal semua rasa baik yang ditangkap dengan pancaindera maupun hati. Rasa sakit karena terjatuh, atau marah karena kecewa. Tapi satu, Rayhan tak pernah menyadari bahwa waktu membuat dia belajar banyak hal.

Waktu juga yang menyebabkan aku bisa berdiri saat ini. Memutuskan untuk melupakan masa yang telah lalu tanpa melupakan esensinya. Mengikuti waktu yang berjalan beriringan dengan takdir. Entah pelajaran apa yang kudapat didepan nanti.

Hari ini aku belajar dari seorang Rayhan.Belajar dengan mengikuti perjalanan waktu ke depan, karena waktu tidak bisa diputar ulang.....dan mengikuti takdir punya mau.

0 komentar: