Belahan Hati: Maret 2009

27 Maret 2009

0

Hobby baru

Rumah yang baru aku tempati memang masih diasrama... hanya terpaut 20 meter dari rumahku yang lama.
Entah kenapa, tiba-tiba suamiku mempunyai keinginan aneh menurutku. Memelihara lele.
Terus terang sampai saat ini, aku masih ragu dan sangat berhati-hati mempertimbangkan alasan yang tak jelas. Mungkin karena penghuni yang sebelumnya sudah membangun kolam lele.. ataukah wangsit yang diterima suamiku....

Lele menurutku bukan tujuan yang tepat untuk pemanfaatan lahan. Apalagi air PAM dirumah yang tak selancar di rumah sebelumnya. Untuk mandi saja, kami harus menampung 3 ember dipagi hari kalo tidak ingin telat ke kantor.

Dan kolam itu rencananya aku mo bikin tempat penampungan air, agar lebih mudah persediaan air. Tapi hasil vote antara kami berdua, akhirnya menunjukkan lele menjadi pemenang perebutan kolam.

Kemaren, aku dikejutkan dengan tingkah suamiku yang begitu semangat bangun pagi dihari liburnya. Aneh....
Sosoknya berhenti di kolam penampungan yang ternyata telah dihuni 500 ekor bibit lele. Ya ampyun....akupun tak tahu kapan dia membelinya
Seharian, dari pagi... hingga petang... suamiku hampir tak pernah beranjak dari lele barunya itu. Disampingnya, ada karung yang berisi makanan lele.

Hobby baru suami, berharap memang benar-benar mempunyai nilai ekonomis meski tak memecahkan masalah dalam persediaan air....
Mungkin bertambah masalah, karena air harus dibagi lagi untuk hobby baru suami. Si lele yang ga jelas itu.....
0

Pesan Singkat

Masih dalam serangkaian perayaan Ultahku....

LULUH by Samsons

Saat terindah saat bersamamu
Begitu lelapnya aku pun terbuai
Sebenarnya aku t’lah berharap
Ku kan memiliki dirimu selamanya

Segenap hatiku luluh lantak
Mengiringi dukaku yang kehilangan dirimu
Sungguh ‘ku tak mampu ‘tuk mereda kepedihan hatiku
Untuk merelakan kepergianmu

Ingin ‘ku yakini cinta ‘ta kan berakhir
Namun takdir menuliskan kita harus berakhir

Segenap hatiku luluh lantak
Mengiringi dukaku yang kehilangan dirimu
Sungguh ‘ku tak mampu ‘tuk mereda kepedihan hatiku
Untuk merelakan kepergianmu

Owhh…owhh…
Ku tak sanggup merelakanmu..
Owhh…owhh…owhh..
Segenap hatiku luluh lantak
Mengiringi dukaku yang kehilangan dirimu
Sungguh ‘ku tak mampu ;tuk mereda kepedihan hatiku


*) aku berusaha mengartikan pesan yang kuterima dihari ultahku...

25 Maret 2009

0

Hip...hip..... Ultah

Hari ini ultah yang ke..... aduh.....jadi pengen malu....
Ya meskipun suamiku tercinta kaga ngasih kado yang spesial, malah ditinggal main PS 2 sampe subuh... tapi aku masih bisa ketawa ketiwi....
Meski juga papa mama sibuk kampanye... aku masih bisa bersyukur....
Alhamdulillah, aku masih memiliki semua......
Sahabat-sahabat yang membuat HP tak berhenti berdering.....
Sahabat-sahabat yang membuatku tertawa.....
Rasa kecewa pasti ada....
hanya saja.... aku masih bersyukur... masih bisa merayakan Ultah meski dalam kesederhanaanku.....

Semoga impianku yang lain bisa tercapai.....

19 Maret 2009

0

Rokok vs Sedekah

Seorang anak kecil bertanya kepada ayahnya yang seorang perokok berat . “Ayah, kenapa ayah merokok?”

Sang ayah dengan sikap tak acuh menjawab “ karena dari eyang dulu juga merokok.”

“Berapa harga sebatang rokok seperti ayah punya??” tanya si anak lagi.

“Rp. 500,-“ jawab sang ayah sekenanya.

Si anakpun terdiam. Entah apa yang didalam pikirannya. Tak ada yang bisa menebak. Akankah suatu saat dia akan menjadi generasi ketiga yang perokok??

Suatu saat sang anak sedang bepergian dengan ayah dan ibunya pasar. Dilihatnya seorang pengemis dengan pakaian lusuh dan nampak jelas bekas kusta di kakinya yang butung dan jarinya yang hilang.

Dengan rasa iba dia bermaksud memberikan uang untuk si pengemis itu.

“Ayah, kasian pengemis itu. Aku minta uang untuk pengemis itu, yah. Pintanya kepada ayahnya

“Ayah ga punya uang kecil nak... coba tanya kepada ibumu” jawab sang ayah

Sang ibupun menjawab hal yang sama. Tidak ada uang kecil untuk sang pengemis.

Dengan raut kesedihan dia hanya mampu memandangi si pengemis yang berdiam diujung pertokoan yang dilaluinya.

Tiba disuatu supermarket, sang ibu mengajaknya belanja dan seperti biasa, rokok sang ayah menjadi barang rutin yang masuk dalam barang wajib dibelinya.

Pagi itu, sang anak melihat ayahnya sedang tak enak badan. Ibunya telah berulang kali memintanya untuk makan, namun sang ayah lebih memilih merokok daripada mencoba menelan sarapannya. Setiap hari dia melihat segala aktifitas ayahnya dipenuhi dengan rokok. Habis makan harus merokok. Nonton televisi merokok, mengetik di depan komputer merokok....Sebungkus dalam sehari mungkin juga lebih.

Suatu hari, sang ayah merasa ada yang aneh dengan rokoknya. Jumlahnya tak seperti biasanya. Sebungkus untuk sehari. Tapi beberapa minggu ini, dia merasa rokoknya hilang beberapa batang. Hati sang ayah mulai bertanya. Di rumah mungilnya hanya dia, sang istri tercinta, dan anak semata wayang. Mungkinkah istrinya merokok??? Ato sang anak yang masih belum cukup umur itu merokok??

Dalam keingintahuannya, dia tetap menyimpan tempat rokok tetap ditempat biasanya dan seolah-olah tak tahu kalo rokoknya hilang beberapa batang. Siang itu, dia melihat sang anak berlarian dari bermain, masuk ke rumah mendekati tempat dia biasa menyimpan rokok. Dengan mata penuh selidik dia melihat sang anak mengambil sebatang rokoknya lalu berlari keluar.

Diikutinya arah berlari sang anak menuju suatu tempat dimana seseorang dengan pakaian lusuh duduk memelas. Diulurkan tangannya mungilnya kepada orang itu.

Rokok bapaknya diberikan kepada pengemis itu. Ayahnya diam. Mungkinkah sang anak yang selama ini membuat rokoknya jadi berkurang jumlahnya.

Rasa penasarannya dia bertanya kepada sang anak. “ Kenapa kamu memberi pengemis rokok ayah??? Bukan uang???

Sang anak menjawab. “ Bukankah ayah pernah mengatakan harga sebatang rokok Rp. 500,-. Aku tidak punya uang ayah. Minta ayah dan ibu, tapi tidak diberi.”

Hati ayah menangis. Hatinya berkecamuk, demikian juga sang istri yang diam-diam mendengar jawaban lugu sang anak.

Kata guru ngaji, kita harus sering bersedekah dengan orang miskin agar pahala kita bertambah banyak.

Sejak itu sang ayah bertekad menghentikan kebiasaannya merokok. Dia ingin mempertahankan pendirian anaknya ttg sedekah, namun tak ingin mendidik anaknya menjadi pencuri karena niatnya yang baik.

Cobalah berhitung ketika jika sebatang rokok benar2 seharga Rp. 500,- dan sehari perokok bisa menghabiskan 12 batang. Artinya 6.000 dalam seharix 30 harix12 bulan= Rp. 2.160.000.

Sudahkah kita memberikan sedekah, zakat, infaq sebesar nilai rokok yang kita habiskan dalam 1 tahun????

Allah Swt hanya menganjurkan 2.5% dari penghasilan bersih kita sisihkan, namun masih berat untuk dilakukan.

Alangkah bijaknya jika uang rokok bisa diganti dengan sedekah, zakat ato infaq. Yang sama artinya kita mensyukuri setiap rejeki yang telah diberikanNya kepada kita. Bukan membuatnya menjadi kepulan asap yang kemudian lenyap sekejap.

*) akhirnya aku menemukan alasan untuk melarangmu merokok.

14 Maret 2009

0

Kisah sajadah tua

Alkisah, disuatu tempat yang jauh. Ada seseorang yang telah meminjamkan sajadah tuanya untuk orang-orang ditempat itu bersujud dihadapan Tuhannya. Bukan pahala yang diinginkannya, hanya rasa senang berbagi kepada sodara-sodara seimannya.

Sajadah tua itu, sering kali berpindah tangan. Entah sudah berapa tangan berpindah.. lebih puluhan sehingga wujudnyapun menjadi lebih tua. Seseorang menempatkannya disudut ruangan yang memudahkan semua orang untuk menggunakannya.

Namun tanpa diduganya, suatu hari tiba-tiba seseorang lain sebut saja A menggunakan sajadah itu sebagai lap kaki mungkin didalam pikirannya sajadah tua itu bisa merangkap sebagai keset kaki.
Kejadian yang benar-benar membuat miris yang melihat. Bagaimana tidak, sajadah tua itu selalu bermanfaat menghantarkan sujudnya, juga digunakan sebagai keset kaki...

Si A mungkin tidak menyadari bahwa perlakuannya membuat orang lain yang diam-diam memperhatikan menjadi sedih. Setidaknya, selama ini mereka berdua menggunakan sajadah tua itu dalam sujudnya...
Nasib sajadah tua, haruskah menjadi keset kaki karena tua atau memang sajadah bisa digunakan sebagai apasaja yang kita ingin lakukan????
Perenungan yang mungkin tiada berjawab.

*) based from true story 13 Maret 2009
0

Ketika kiblat dipertanyakan

Alkisah, seorang mualaf yang baru saja belajar mempelajari Islam lebih dalam mempertanyakan arah kiblat di sebuah kantor dimana dia bekerja. Imannya mungkin lebih tipis dari kulit ari atau bahkan lebih tipis dari sayap kecapung yang beterbangan liar...
Namun keyakinan dari keresahan hatinya membuat dia berani mempertanyakan arah kiblat yang selama ini tidak pernah terpikirkan oleh seluruh orang di kantor itu.

Dengan hati penuh ragu dia memulai shalatnya sesuai kiblat yang dianggapnya benar. sekitar 20 derajat dari yang biasanya. Dalam keresahannya dia hanya mampu mengatakan, Ya Allah semoga ini benar dan Engkau trima sujudku...
Ada ketenangan yang luar biasa. Alhamdulillah ya Allah....

Tak cukup sekali, dia mempertanyakan arah kiblat.... mungkin dia terinspirasi dengan sinetron Para Pencari Tuhan disuatu episodenya... arah kiblat di mushala itu melenceng 15 derajat dan itu diketahui oleh seorang pelaut yang tukang mabok hanya dengan berpedoman dengan kompas. Penyelesaian masalah itu tak semudah dibayangkan.... ada rapat warga, sampai permohonan maaf dll. Yang akhirnya seluruh karpet dimiringkan sesuai petunjuk kompas karena konon doanya takut nyasar di Lapangan bola MU.

Entah apa yang menyebabkan dia begitu yakin akan hatinya... Mungkin Allah menggerakkan hatinya sekalipun masih labil. Tidak gampang mencetuskan keyakinannya... Perlu keberanian besar... seperti seorang semut pekerja yang harus berdiri tegak dihadapan jutaan kasta semut. Berat benar-benar berat... tapi kebenaran itu patut diberitahukannya, sekalipun akan ditertawakan atau dicemooh.

Hari pertama, dia dapat bernafas lega.... karena tempat dia bersembahyang sepi... Tidak seorangpun yang memperhatikan arah kiblat barunya yang direferensi dari internet, kompas dan banyak sumber.
Hari kedua, tiba-tiba suara cemooh terdengar dalam sujudnya... "Miring sholatnya...". Hatinya ciut... bagaimana menjelaskan.....hatinya berkecamuk.
Terdengar suar cekikikan teman-temannya yang memperhatikan dia sujud dengan arah kiblat barunya. Hatinya mashgul... Ya Allah kuatkan aku... doanya...

Ternyata arah kiblat baru menjadi pokok pembicaraan di seantero ujung kantor.... ada yang menertawakan, mencemooh atau bahkan tak ambil pusing.
Akhirnya, hanya satu dua orang yang tergerak hatinya untuk mengubah arah kiblat. Itupun setelah dia harus membuktikan dengan menunjukkan data yang dimilikinya. Dan lebih akuratnya, dia menunjukkan bangunan mesjid yang sejajar dengan kantor tempat dia berdiri dan berdiri kokoh kearah kiblat yang dia yakini benar. Alhamdulillah ....
Esensinya bukan karena arah kiblat yang salah membuat doa kita tak sampai.
Tapi dengan keterbatasan pengetahuannya, dia ingin benar-benar menerapkan sebenar-benarnya yang seharusnya diterapkan oleh pendahulunya dikantor itu. Dan itu bukan kesalahan....

*) based from true story..... Oktober 2008.