Belahan Hati: Rokok vs Sedekah

19 Maret 2009

0

Rokok vs Sedekah

Seorang anak kecil bertanya kepada ayahnya yang seorang perokok berat . “Ayah, kenapa ayah merokok?”

Sang ayah dengan sikap tak acuh menjawab “ karena dari eyang dulu juga merokok.”

“Berapa harga sebatang rokok seperti ayah punya??” tanya si anak lagi.

“Rp. 500,-“ jawab sang ayah sekenanya.

Si anakpun terdiam. Entah apa yang didalam pikirannya. Tak ada yang bisa menebak. Akankah suatu saat dia akan menjadi generasi ketiga yang perokok??

Suatu saat sang anak sedang bepergian dengan ayah dan ibunya pasar. Dilihatnya seorang pengemis dengan pakaian lusuh dan nampak jelas bekas kusta di kakinya yang butung dan jarinya yang hilang.

Dengan rasa iba dia bermaksud memberikan uang untuk si pengemis itu.

“Ayah, kasian pengemis itu. Aku minta uang untuk pengemis itu, yah. Pintanya kepada ayahnya

“Ayah ga punya uang kecil nak... coba tanya kepada ibumu” jawab sang ayah

Sang ibupun menjawab hal yang sama. Tidak ada uang kecil untuk sang pengemis.

Dengan raut kesedihan dia hanya mampu memandangi si pengemis yang berdiam diujung pertokoan yang dilaluinya.

Tiba disuatu supermarket, sang ibu mengajaknya belanja dan seperti biasa, rokok sang ayah menjadi barang rutin yang masuk dalam barang wajib dibelinya.

Pagi itu, sang anak melihat ayahnya sedang tak enak badan. Ibunya telah berulang kali memintanya untuk makan, namun sang ayah lebih memilih merokok daripada mencoba menelan sarapannya. Setiap hari dia melihat segala aktifitas ayahnya dipenuhi dengan rokok. Habis makan harus merokok. Nonton televisi merokok, mengetik di depan komputer merokok....Sebungkus dalam sehari mungkin juga lebih.

Suatu hari, sang ayah merasa ada yang aneh dengan rokoknya. Jumlahnya tak seperti biasanya. Sebungkus untuk sehari. Tapi beberapa minggu ini, dia merasa rokoknya hilang beberapa batang. Hati sang ayah mulai bertanya. Di rumah mungilnya hanya dia, sang istri tercinta, dan anak semata wayang. Mungkinkah istrinya merokok??? Ato sang anak yang masih belum cukup umur itu merokok??

Dalam keingintahuannya, dia tetap menyimpan tempat rokok tetap ditempat biasanya dan seolah-olah tak tahu kalo rokoknya hilang beberapa batang. Siang itu, dia melihat sang anak berlarian dari bermain, masuk ke rumah mendekati tempat dia biasa menyimpan rokok. Dengan mata penuh selidik dia melihat sang anak mengambil sebatang rokoknya lalu berlari keluar.

Diikutinya arah berlari sang anak menuju suatu tempat dimana seseorang dengan pakaian lusuh duduk memelas. Diulurkan tangannya mungilnya kepada orang itu.

Rokok bapaknya diberikan kepada pengemis itu. Ayahnya diam. Mungkinkah sang anak yang selama ini membuat rokoknya jadi berkurang jumlahnya.

Rasa penasarannya dia bertanya kepada sang anak. “ Kenapa kamu memberi pengemis rokok ayah??? Bukan uang???

Sang anak menjawab. “ Bukankah ayah pernah mengatakan harga sebatang rokok Rp. 500,-. Aku tidak punya uang ayah. Minta ayah dan ibu, tapi tidak diberi.”

Hati ayah menangis. Hatinya berkecamuk, demikian juga sang istri yang diam-diam mendengar jawaban lugu sang anak.

Kata guru ngaji, kita harus sering bersedekah dengan orang miskin agar pahala kita bertambah banyak.

Sejak itu sang ayah bertekad menghentikan kebiasaannya merokok. Dia ingin mempertahankan pendirian anaknya ttg sedekah, namun tak ingin mendidik anaknya menjadi pencuri karena niatnya yang baik.

Cobalah berhitung ketika jika sebatang rokok benar2 seharga Rp. 500,- dan sehari perokok bisa menghabiskan 12 batang. Artinya 6.000 dalam seharix 30 harix12 bulan= Rp. 2.160.000.

Sudahkah kita memberikan sedekah, zakat, infaq sebesar nilai rokok yang kita habiskan dalam 1 tahun????

Allah Swt hanya menganjurkan 2.5% dari penghasilan bersih kita sisihkan, namun masih berat untuk dilakukan.

Alangkah bijaknya jika uang rokok bisa diganti dengan sedekah, zakat ato infaq. Yang sama artinya kita mensyukuri setiap rejeki yang telah diberikanNya kepada kita. Bukan membuatnya menjadi kepulan asap yang kemudian lenyap sekejap.

*) akhirnya aku menemukan alasan untuk melarangmu merokok.

0 komentar: