Belahan Hati: Ketika kiblat dipertanyakan

14 Maret 2009

0

Ketika kiblat dipertanyakan

Alkisah, seorang mualaf yang baru saja belajar mempelajari Islam lebih dalam mempertanyakan arah kiblat di sebuah kantor dimana dia bekerja. Imannya mungkin lebih tipis dari kulit ari atau bahkan lebih tipis dari sayap kecapung yang beterbangan liar...
Namun keyakinan dari keresahan hatinya membuat dia berani mempertanyakan arah kiblat yang selama ini tidak pernah terpikirkan oleh seluruh orang di kantor itu.

Dengan hati penuh ragu dia memulai shalatnya sesuai kiblat yang dianggapnya benar. sekitar 20 derajat dari yang biasanya. Dalam keresahannya dia hanya mampu mengatakan, Ya Allah semoga ini benar dan Engkau trima sujudku...
Ada ketenangan yang luar biasa. Alhamdulillah ya Allah....

Tak cukup sekali, dia mempertanyakan arah kiblat.... mungkin dia terinspirasi dengan sinetron Para Pencari Tuhan disuatu episodenya... arah kiblat di mushala itu melenceng 15 derajat dan itu diketahui oleh seorang pelaut yang tukang mabok hanya dengan berpedoman dengan kompas. Penyelesaian masalah itu tak semudah dibayangkan.... ada rapat warga, sampai permohonan maaf dll. Yang akhirnya seluruh karpet dimiringkan sesuai petunjuk kompas karena konon doanya takut nyasar di Lapangan bola MU.

Entah apa yang menyebabkan dia begitu yakin akan hatinya... Mungkin Allah menggerakkan hatinya sekalipun masih labil. Tidak gampang mencetuskan keyakinannya... Perlu keberanian besar... seperti seorang semut pekerja yang harus berdiri tegak dihadapan jutaan kasta semut. Berat benar-benar berat... tapi kebenaran itu patut diberitahukannya, sekalipun akan ditertawakan atau dicemooh.

Hari pertama, dia dapat bernafas lega.... karena tempat dia bersembahyang sepi... Tidak seorangpun yang memperhatikan arah kiblat barunya yang direferensi dari internet, kompas dan banyak sumber.
Hari kedua, tiba-tiba suara cemooh terdengar dalam sujudnya... "Miring sholatnya...". Hatinya ciut... bagaimana menjelaskan.....hatinya berkecamuk.
Terdengar suar cekikikan teman-temannya yang memperhatikan dia sujud dengan arah kiblat barunya. Hatinya mashgul... Ya Allah kuatkan aku... doanya...

Ternyata arah kiblat baru menjadi pokok pembicaraan di seantero ujung kantor.... ada yang menertawakan, mencemooh atau bahkan tak ambil pusing.
Akhirnya, hanya satu dua orang yang tergerak hatinya untuk mengubah arah kiblat. Itupun setelah dia harus membuktikan dengan menunjukkan data yang dimilikinya. Dan lebih akuratnya, dia menunjukkan bangunan mesjid yang sejajar dengan kantor tempat dia berdiri dan berdiri kokoh kearah kiblat yang dia yakini benar. Alhamdulillah ....
Esensinya bukan karena arah kiblat yang salah membuat doa kita tak sampai.
Tapi dengan keterbatasan pengetahuannya, dia ingin benar-benar menerapkan sebenar-benarnya yang seharusnya diterapkan oleh pendahulunya dikantor itu. Dan itu bukan kesalahan....

*) based from true story..... Oktober 2008.

0 komentar: