Belahan Hati: DEMO

16 Desember 2008

0

DEMO

Tadi siang, terjadi demo di salah satu perguruan tinggi negeri di Makassar. Sebenernya sih dah biasa macet karena demo. Hanya saja kali ini aku menghadapi demo yang anarkis. Saling lempar batu antara mahasiswa dan polisi. Sampai-sampai polisi menembakkan tembakan peringatan.

Entah apa yang jadi awal, demo jadi anarkis begitu... awalnya demo hanya diintern kampus. Tapi entah tiba-tiba jadi saling serang batu antar polisi dan mahasiswa. Jalanan macet total.

Ternyata banyak orang mengeluh tentang cara mahasiswa saat ini. Terkesan ngawur dan maunya sendiri. Tidak benar-benar konsisten dengan apa yang diperjuangkan. Bahkan ada yang lebih banyak ikut-ikutan tanpa tau apa yang diperjuangkan. Aneh.

Sekedar pembicaraan di atas angkot yang aku naiki tadi siang pas bertepatan demo anarkis tersebut.
Bahkan masyarakatpun merasa dirugikan. Dari sisi rugi waktu, rasa lelah fisik karena macetnya yang luarbiasa, dan rasa takut yang mendera kalo tiba-tiba pas jadi korban anarkis itu. Lantas siapa yang bertanggung jawab???? Tak mungkin menuntut kedua belah pihak, apalagi kampus berkesan angkat tangan.
Bahkan sopir angkotpun dengan sukarela menempel stiker yang diharapkan dibaca dan diimplementasikan dari bagian mahasiswa dengan tulisan " Silahkan demo, tapi jangan ki tutup jalan kodong." Silahkan mengartikan...
Sang sopir pasti berpikir tentang jumlah pendapatan yang hilang gara-gara demo. Berapa rupiah yang hilang dan kerugian bensin yang harus ditanggungnya. Atau malah kerugian jika mobil yang notabene adalah mobil sewa terkena salah lempar. Aduh...

Dan ternyata, mungkin karena bosannya sebagian masyarakat bahkan ada yang mendukung kalo tiba-tiba terjadi penembakan oleh anggota polisi. Dengan konteks pembelaan, polisi juga manusia. Kalo pelanggaran HAM, polisi dan mahasiswa sama-sama bisa dibilang melanggar karena sama-sama manusia.

Alih-alih ada pengorbanan untuk sebuah demokrasi, apakah ini namanya demokrasi kalo harus berkorban untuk sesuatu yang tidak jelas???? atau hanya sekedar ingin dilihat kalo si kampus ini berdemo???
Malah sebagian besar masyarakat mungkin sudah bosan dengan cara-cara demo yang ada saat ini.
Demo ditempat yang tepat, disaat yang tepat dan pengorbanan yang setimpal. Mungkin itu patut dicarikan cara penanganan yang bijak.

Ada selentingan yang terdengar, bahwa banyak perusahaan yang menolak calon yang pegawai yang berijasah kampus-kampus yang terdengar sering demo. Bahkan ada cap "kalo mo terkenal kampus dan mahasiswanya, tawuranlah!"
Stigma ini mo dipertahankan ataukah akan terjadi perubahan.???? Entahlah...
Karena pasti sebagian orang tua, hidup semakin sulit, kerja semakin susah. Tidak usahlah ikut-ikutan demo. Lebih baik selesaikan sekolah, jadi pegawai dan membanggakan orangtua.

Seandainya ada survey yang meneliti berapa persen dari mahasiswa yang sering demo anarkis seperti itu - dan sepertinya mahasiswa yang abadi kuliahnya- yang berhasil menjadi pejabat-pejabat yang bijak??? atau akhirnya sama berkubang di kolam yang sama dengan pejabat-pejabat korup????

Kita tak pernah tau

0 komentar: