Belahan Hati: Tiba-tiba banyak pahlawan kesiangan...

22 Desember 2008

0

Tiba-tiba banyak pahlawan kesiangan...

Kampanye pemilu dah dimulai. Perang baliho, perang stiker dan perang slogan.
Sepanjang jalan seperti album foto. Foto si A, foto si B sampe Z.... ada yang besar ampe kecil.
Sama sekali hilang rasa keindahan. Mungkin kalo pohon bisa berteriak, maka semua akan berteriak. Nyaris seluruh tubuhnya ditutupi oleh foto-foto orang yang mengaku sebagai pahlawan. Gimana mo jadi pahlawan, ama pohon yang nota bene juga makhluk hidup aja mereka ga peduli.

Ada juga yang tiba-tiba jadi dermawan, yang dulunya ga terkenal, tiba-tiba mo jadi pembicara diseminar anu, di resepsi si anu, di kondangan RT si anu. Rasanya jaman semakin sulit tapi orang lebih gampang menebar uang segampang menebar janji.

Resiko memilih nama dan wajah. Apalagi usahanya untuk lebih terkenal melebihi artis ternyata lebih susah dan nelangsa dibanding artis sesungguhnya. Pusing... Bayangkan jika artis, jelas dah masuk tv nasional, sinetron favorit, lagu digandrungi, dapet duit banyak dan terkenal. Nah calon-calon dewan terhormat, alih-alih mo terkenal, harus ngumpulin sekarung yang entah dari mana sumbernya, tebar senyum sana sini, tebar kehangatan, tebar uang, tebar pesona dan hasilnya terkenal hanya diwilayah Dapil, bukan seantero dunia Indonesia..

Tiba-tiba menjadi pujangga, mengakal-akal kata-kata tuk jadi slogan sekaligus membungkus maksud tersembunyi. Mungkin masyarakat masih bisa dibodohi dengan janji manis tak berakar. Yang penting terpilih, dapat gaji. Tapi ketika ditanya kinerja, urusan nanti, dan uruslah diri sendiri. Ops....

Mungkin orang-orang cerdas yang malah memilih golput. Melepas rasa bersalah, melepas rasa tertipu, melepas rasa menyesal jika ternyata pilihannya salah. Bukankah golput artinya mereka tau dan sadar bahwa masih banyak peribahasa-peribahasa kuno yang masih bisa dipegangnya. dalam laut masih bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tau???? memang lidah tak bertulang, jauh gunung seribu janji... dan banyak lagi.

Jika pengen menang, pilihlah orang yang dikenal dan dekat... tapi dengan waktu hanya 1 tahun, dengan Dapil yang baru ditentukan kemudian, bisakah orang mengabdi secara maksimal?? Menunjukkan kesungguhan arti pengabdian di orang-orang yang nanti mungkin memilihnya. Sedangkan perbandingan suara dan beban yang dipikul sama-sama berat. Kapan bisa maju Indonesia??

Kenapa partai politik tidak memilih calonnya yang memang telah terbukti berdedikasi. Yang benar-benar memiliki kata mengabdi yang sesungguhnya. Menghargai setiap lembaran rupiah. Seperti penyelamat hutan bakau, misalnya. Bukankah mereka telah terbukti mengabdi pada negara dan bangsanya. Darahnya telah terlihat merah tanpa harus melukai. Ataukah guru-guru tanpa pamrih di pelosok desa.. Aneh sungguh

Jangankan mereka pejuang tak terlihat yang masih hidup, dengan pahlawan yang sudah berkalang tanah saja sekarang seperti tak berbekas. Entah mo kemana putaran bumi membawa Indonesia??

0 komentar: