Belahan Hati: Kakakku

27 Desember 2008

0

Kakakku

Tulisan ini aku persembahkan untuk Kakak tercinta, Dienta yang ada di Purwakarta, I luv you, Sist dan untuk Bang Andy F. Noya atas inspirasinya di Kickandy.com.

Saya tidak ingin menyesal nanti, karena tidak sempat mengucapkan terima kasih atas semua kasih sayang Tata - panggilan kakakku atas semua kasih sayang yang sudah diberikan selama ini. Bagiku ini bukan aib, tapi sebuat penghargaan yang setinggi-tingginya..

Kakakku memang tidak sempurna, secara fisik saja salah satu kakinya terkena polio sejak berumur 5 tahun. Beruntungnya, karena Tata sangat mandiri.
Tata bukan juga tipe kakak yang cerewet, dia juga manusia biasa yang pernah putus asa. Tapi itu semua takkan menghapus rasa hormatku...

Sejak usiaku 10 tahun dan Tata ketika itu 12 tahun, kami diasuh oleh tante dan nenek karena papa memutuskan untuk hanya mengajak mama pindah tugas di Jakarta. Hal ini bisa dipahami oleh kami meskipun usia kami cukup muda. Gaji papa sebagai tentara takkan cukup jika untuk sekolah 2 anak dan biaya hidup yang berat di Jakarta.

Kami berdua besar dengan watak yang berbeda, dan hati yang beda. Kadang ada rasa iri karena ultah Tata dapat hadiah yang mewah dari Papa. Tapi kadang juga Tata iri karena aku disayang banyak orang. Tak pelak, pertengkaranpun sering terjadi sekalipun itu hanya masalah sepele.

Saat aku menginjak dewasa, aku menyadari bahwa Tata telah berusaha keras menjadi kakak dan penjaga yang baik untukku, memberikan contoh yang terbaik selama ini. Airmatanya sering menetes ketika aku melakukan sesuatu yang dianggapnya sebuah kebodohan, dan merelakan kuliahnya lebih masa dari yang seharusnya.

Hari ini aku membuka website Kick Andy, rasanya hati tergerak. Mensyukuri betapa aku beruntung mempunyai kakak meski dengan kekurangan fisiknya dia tak pernah berhenti untuk membahagiakan adiknya, menekan egonya. Bukan nilai uang yang dia telah keluarkan untuk memenuhi egoku, atau bahkan nilai harga dirinya ketika memberi dukungannya agar aku bisa memenuhi impian orang tua dengan menikah lebih dulu. Tapi kasihnya yang tak pernah kunilai selama ini. Atau bahkan sekedar mengucapkan terima kasih.
Aku benar-benar makhluk beruntung di dunia ini.

Dengan kondisi fisiknya, dia berusaha tegar menapaki hidup dan selalu memberi dukungan. Berkali-kali jatuh bangun dan mengalami kegagalan dalam urusan pribadi. Tapi dia yakin, waktu Tuhan tidak sama dengan waktunya. Bahkan dengan gajinya yang hanya sebagai operator gaji disebuah perusahaan, dia tetap berusaha membahagiakan orang lain, kemenakan dan sepupu. Meski aku yakin, untuk hidupnya pasti nilai rupiah itupun cukup untuk hidup dalam kesederhaaan.

Aku benar-benar beruntung memiliki kakak seperti Tata, yang selalu ada dan mendukungku, mampu merasakan setiap kesedihanku, membesarkan hatiku dan melindungiku. Aku bahkan sering malu, karena Tata tak pernah mengharap balas budi atau "mengkurs" dengan rupiah.

Sebelum semuanya terlambat dan ada penyesalan, dari hatiku yang paling dalam aku ingin mengucapkan terima kasih atas semua yang sudah kuterima sampai detik ini. "Ta, kamu tak pernah gagal menjadi kakak yang baik. Hanya saja takdir yang membawanya jadi berbeda. Terima kasih ta....I love you....". Dan kubiarkan airmataku mengalir untuk kebahagiaan ini. Menyadari perjuangan dan nilai untuk sebuah kasih sayang tulus. Sebuah pelajaran hidup yang mahal harganya.

0 komentar: