Belahan Hati: Memaknai Kebahagiaan

03 Agustus 2009

0

Memaknai Kebahagiaan

Tadi pagi seorang sahabat lama menangis mengadukan permasalahnya dengan suami yang tak kunjung usai di pengadilan. Tiba-tiba dia bertanya padaku makna kebahagiaan. Aku tercekat dan tak sanggup menjawab. Aku hanya bisa berkata “ Sabar say... Ini ujian dan Tuhan pasti kasih solusi yang terbaik.

Ketidakmampuanku menjawab arti kebahagiaan membuatku menangis. Sudahkah aku sendiri merasakan bahagia?? Ataukah akankah aku bahagia???

Seorang terdekatku mengatakan bahwa dia bahagia ketika dia memiliki masih memiliki harapan untuk masa depannya, ada yang menemani hari-hari yang dilewatinya. Rasa syukurnya ketika dia menyadari bahwa Sang Pencipta telah memberikan kehidupan yang mapan dan berada diantara orang-orang yang dicintainya.

Seorang sahabat karib yang menjadi ulama mengatakan bahwa kebahagiaan itu ada ketika kita sudah pernah merasakan sebaliknya. Kita merasakan kegagalan, maka kita akan bahagia atas keberhasilan kita sendiri. Kita merasakan kesedihan, maka kita akan bahagia dengan hal-hal yang menentramkan kita. Ketika kita sudah merasakan kemiskinan, maka kita akan bahagia ketika kita punya kekayaan. Tapi kebahagiaan yang hakiki adalah ketika Allah telah memberi dan menjaga yang kita punya. Kita diberi kekayaan, maka akan membahagiakan jika Allah juga mau menjaganya. Allah telah memberi hati, maka akan membahagiakan jika Allah juga menjaga hati kita tetap bersih, damai...

“Tidak ada yang terindah dalam hidup ini jika setiap hal dapat disyukuri, karena nikmat setiap orang akan berbeda, dan itu artinya kebahagiaan orang juga berbeda.”

Aku terdiam di telpon, tak dapat lagi berdebat seperti kebiasaanku setiap berdebat dengannya..
Muncul beribu-ribu pertanyaan yang tak dapat kuterjemahkan...
“Akankah aku bahagia?? Dan selalu bahagia??”
“Seperti apa rasanya kebahagiaan itu?”
Semua kembali mengingatkanku pada suatu pedoman hidup yang tertanam sejak kecil. “Bersyukurlah dalam segala hal, dari hal kecil hingga terbesar, yang nampak ataupun tidak.”
“Meski pahit, tapi itulah pelajaran hidup. Dan kamu harus bahagia karena telah merasakannya.”

Tiba-tiba aku merasa bahagia, aku bahagia karena diriku diberi semua yang tak pernah aku pikirkan, kesedihan, kegembiraan, airmata, dikelilingi orang-orang yang kusayang dan mencintaiku..... sekalipun kadang airmata tak dapat kubendung...

0 komentar: