Belahan Hati: Pendapat sederhana tentang selingkuh

01 Agustus 2009

0

Pendapat sederhana tentang selingkuh

Dalam dua bulan terakhir ini, beberapa istri anggota berkunjung kerumah dengan airmata dan kekecewaan berbalut benci dan amarah, ketika mendapati suami yang dicintainya membagi cintanya kepada yang lain.

Aku dan suamiku yang notabene baru mengarungi bahtera yang dinamakan rumah tangga, hanya terdiam karena tak mampu memberikan advis lain, selain akan diambil alih dinas dan bersabar.

“Coba bayangkan bu, saya setiap hari selalu berusaha melayaninya dengan baik. Tidak ada permasalahan dalam rumah tangga kami karena kami selalu terbuka. Tapi kenapa suami saya selingkuh dengan janda hanya karena janda itu kaya...Janda itu tidak cantik bu, bahkan lebih cantik saya” keluh sang istri yang karena mendapati suaminya membagi cintanya dengan janda kaya.

Adapula yang menangis sesenggukan, “Coba ibu bayangkan kalo berhubungan atau dia mengigau yang disebut nama mantan pacarnya. Padahal kami telah berumah tangga 9 tahun. Apa tidak sakit hati saya, bu. Ini fotonya masih disimpan”

Dan ada pula yang paling menyedihkan ketika sang suami berselingkuh dengan PSK tepat pada saat istri hamil 3 bulan. “Dia anggap apa saya, bu...?”

Sejenak pikiranku berhenti mendadak. Tak tahu berbuat dan berkata apa. Inilah kenyataan yang tak satupun bisa menduga sebelumnya.
Dan jawaban yang mengejutkan dari sang pelaku sehingga membuatku merinding dan tak dapat berkata apapun. Hanya kecewa dan keprihatinan, haruskah cinta dikorbankan.

Tak ada yang menyangka, suami yang dianggapnya terbaik ternyata berselingkuh dengan janda kaya, atau masih mencintai mantan atau berpaling dengan yang lain. Tapi inilah realita yang ada dengan pembelaan berbalut alasan picisan.

Sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul, haruskah pernikahan yang sekian tahun dijalankan harus dikorbankan untuk sesuatu keegoisan?
Alih-alih sang suami karena himpitan ekonomi, tak mampu menahan keinginan untuk hidup enak bahkan ada yang beralasan kalau sang istri terlalu baik untuknya. Namun ada salah seorang bapak yang kedapatan berselingkuh dengan mantan pacarnya menjawab dengan kalem ketika ditanya, “hati saya tidak bisa berbohong, bu. Saya memang masih mencintainya. Saya sudah berusaha melupakannya bu, tapi hati saya tak bisa. Cuti saya menemuinya ternyata dia belum menikah. “

Deg... dengan sesederhana itu dia menjadikan memori sebagai alasan. Haruskah???
Setiap orang mempunyai masa lalu, bagaimanapun bentuknya tapi haruskah masalalu merusak masa depan yang telah terangkai bertahun-tahun?? Wallahualam.

Kalo sudah begini, pastilah sang istri mengambil suatu tindakan yang diluar pikirannya, bahkan kemampuannya. Rata-rata mereka mengambil tindakan menyerang sang “simpanan” baik dari kata-kata maupun fisik dengan alasan saya harus mempertahankan milikku.

Tak ada yang membela wanita selingkuhan. Dalam pandangan masyarakat kitapun tak ada yang berusaha memahami, barulah mengambil tindakan. Pastilah wanita selingkuhan yang disalahkan, sekalipun sang pria yang memulainya karena wanita diwajibkan memiliki perasaan yang lebih peka.

Kejadian ini membuat saya mengambil hikmah sebanyak-banyaknya. Kadang cintapun tak cukup membuat kita mampu mengikatnya sampai akhir hayat ataupun upaya kita menjadi istri solehah sekalipun. Haruskah ini dianggap menjadi suatu takdir yang tak terelakkan ataukah ini hanya sebagai kerikil yang bisa dimaafkan.

Sore ini aku kembali mengingat sebuah kalimat sang bunda bijak dalam hati “ selalulah memohon kepada Tuhan agar yang kau miliki tak lepas daripadamu. Kecuali karena memang Tuhan telah gariskan dari rahim ibumu.”

Senja kemaren aku menelpon sahabat lama yang mengadukan nasibnya beberapa bulan yang lalu karena sang suami berselingkuh. “Jika kamu mencintainya, dan percaya bahwa kamu bisa bertahan dan memaafkan, terima kembali. Tapi kalo harga dirimu dan hatimu tak mampu melupakan kejadian itu, lepaskan. Karena mungkin ini sudah takdir Tuhan.”

0 komentar: